PERCOBAAN 1. ANALISIS KUALITATIF
I.
TUJUAN
Setelah
melakukan praktikum ini diharapkan praktikan dapat :
a. Praktikan dapat melakukan pemisahan kation-kation golongan
I, II, III, IV dan golongan V untuk analisis kualitatif.
b. Praktikan dapt melakukan analisis kualitatif kation dari
suatu sampel.
c. Praktikan dapat mengidentifikasi kation dengan menggunakan
pereaksi-pereaksi tertentu.
II. WAKTU
PELAKSANAAN
Hari/Tanggal : Selasa, 11 September 2012.
Waktu : 07.00 – 09.40 WIB.
Tempat : Laboratorium Kimia Analitik.
III.
DASAR TEORI
Kation dan anion merupakan ion-ion penyusun unsur atau
senyawa sehingga untuk menentukan jenis zat atau senyawa tunggal secara
sederhana dapat dilakukan dengan menganalisis jenis kation dan anion yang
dikandungnya. Kation adalah ion yang bermuatan positif (ion logam) sedangkan
anion adalah ion yang bermuatan negatif. Ion satu dengan ion lainnya dapat
dibedakan karena tiap ion mempunyai reaksi kimia yang spesifik. Banyak reaksi
ion yang sama dan hampir sama satu
dengan lainnya. Tetapi salah satu reaksinya akan berbeda. Analisa kualitatif
bertujuan menentukan apa zat (kation atau anion) yang terkandung dari suatu
sampel berdasarkan reaksi spesifiknya dengan reagen tertentu. (Modul Praktikum
Kimia Analitik, 2012 : 1)
Berdasarkan sifat
pembentukannya, kation dibagi menjadi lima golongan, yaitu:
· Kation Golongan I adalah kation yang mengendap dengan adanya
ion klorida dalam suasana asam. Kation-kation golongan ini yaitu : Ag+,
Hg2+ dan Pb2+.
· Kation Golongan II adalah kation yang mengendap dengan ion
sulfida dalam suasana sedikit asam. Ion-ion golongan ini adalah Merkurium (II),
tembaga, bismut, kadium, arsenik(III), arsenik(V), stibium (III), stibium(V),
timah(II) dan timah(III) (IV). Keempat ion yang pertama merupakan sub golongan
IIA dan keenam yang terakhir sub golongan
· Kation Golongan III. Kation golongan ini tidak bereaksi
dengan asam klorida encer ataupun dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam
mineral encer. Namun, kation ini membentuk endapan dengan amonium sulfida dalam
suasana netral atau amoniakal. Kation-kation ini adalah Kobalt(II), nikel(II),
besi(III), kromium(III), aluminium, zink dan mangan(II).
· Kation Golongan IV. Kation golongan ini tidak bereaksi
dengan reagensia golongan I, II dan III. Kation-kation ini membentuk endapan dengan
amonium karbonat dengan adanya amonium klorida dalam suasana netral atau
sedikit asam. Kation-kation ini adalah kalsium, stronsium, dan barium.
Beberapa
sistem klasifikasi golongan meniadakan pemakaian amonium klorida disamping
amonium karbonat sebagai reagensia golongan, dalam hal ini magnesium harus juga
dimasukkan ke dalam golongan ini. Tetapi karena dalam pengerjaan analisis yang
sistematis, amonium klorida akan terdapat akan terdapat banyak sekali ketika
kation-kation golongan keeempat hendak diendapkan adalah lebih logis untuk
tidak memasukkan magnesium ke dalam golongan IV.
· Kation Golongan V. Kation-kation yang umum yang tidak
bereaksi dengan reagensia-reagensia golongan sebelumnya, merupakan golongan
kation yang terakhir, yang meliputi ion-ion magnesium, natrium, kalium,
amonium, litium dan hidogen.
Sistem
golongan kation ini dapat diperluas sehingga meliputi juga ion-ion yang kurang
begitu umum.
(Vogel,
1979 : 203-204)
Untuk tujuan analisis kualitatif sistematik, kation-kation
diklasifikasikan dalam lima golongan berdasarkan sifat-sifat kation itu
terhadap beberapa reagensia. Dengan memakai apa yang disebut reagensia golongan
secara sistematik, dapat kita tetapkan ada tidaknya golongan-golongan kation
dan dapat juga memisahkan golongan-golongan ini untuk pemisahan lebih lanjut.
Selain merupakan cara tradisional untuk menyajikan bahan, urutan-urutan ini
juga memudahkan dalam mempelajari reaksi-reaksi, karena ion-ion dengan
sifat-sifat yang analog dibahas bersama-sama dalam satu golongan.
Kebanyakan reagensia sedikit banyak bersifat beracun, maka
menggunakannya haruslah hati0hati. Reagensia yang sangat beracun atau berbahaya
sekali harus diberi label khusus dan harus dipakai dengan luar biasa hati-hati.
Konsentrasi reagensia kebanyakan dipilih sebagai molar yang
berarti kita akan mudah menghitung volume relatif dari pereaksi dan reagensia
yang diperlukan untuk menyelesaikan reaksi.
(Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan
Semimikro)
Analisis kualitatif menggunakan dua macam uji yaitu reaksi kering
dan reaksi basah untuk zt dalam larutan. Reaksi kering dapat dilakukan dalam
keadaan kering, yakni tanpa melarutkan, contoh :
Kalsium adalah logam putih perak yang agak lunak, melebur
pada 845°C. Kalsium membentuk kation kalsium (II) ,Ca2+,
dalam larutan air-air. Senyawa-senyawa kalsium yang mudah menguap, memberi
warna nyala merah kekuning-kuningan kepada nyala bunsen.
(Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Mikro)
Kaliun adalah logam putih perak yang lunak. Logam ini
melebur pada 63,5°C. Senyawa-senyawa kalium sebaiknya kloridanya mewarnai
nyala bunsen yang tak cemerlang menjadi lembayung (nila).
Natrium adalah logam putih perak yang lunak, melebur pada
97,5°C. Garam-garam natrium berada sebagai kation monovalen Na+
. Nyala bunsen yang tak cemerlang akan diwarnai kuning kuat oleh uap garam
natrium.
(Kimia Dasar I, 1999).
UJI NYALA (FLAME TEST)
Larutan ion ion jika dicampur dengan HCl pekat dan
dipanaskan pada kawat nikel/krom dalam suatu nyala, menyebabkan nyala tersebut
berubah manjadi warna yang khas dari suatu atom.
Warna-warna visibel terjadi pada ion-ion berikut :
|
Natrium
|
Kuning pucat( kuat, tetap)
|
|
Kalium
|
Ungu pucat(slight, fleeting)
|
|
Kalsium
|
Brick red(medium, fleeting)
|
|
Stronsium
|
Crimson(medium)
|
|
Barium
|
Light green (slight)
|
SIFAT-SIFAT BAHAN
1. NaOH
NaOH(Natrium
hidroksida) berwarna putih atau praktis putih, masa melebut, berbentuk pellet.
Serpihan atau batang atau bentuk lain sangan basa, keras, rapuh dan menunjukkan
pecahan bablur. Bila dibiarkan di udara akan cepat menyerap karbon hidroksida
dan lembab. Kelarutan mudah larut dalam air dan dalam etanol tetapi tidak larut
dalam eter. Titik leleh 318°C serta 1380°C. Hidratnya mengandung 7:5:3,5:3:2 dan 1 molekul air
(Daintith, 2005).
NaOH
memebentuk basa kuat bila dilarutkan dalam air. NaOH murni merupakan padatan
berwarna putih, densitas NaOH adalah 2,1. Senyawa ini sangat mudaj terionisasi
membentuk ion natrium dan hidroksida.
2. Asam Sulfat (H2SO4).
Asam
sulfat adalah mineral asam kuat yang larut dalam air pada senyawa konsentrasi.
Sifat fisik dari asam sulfat adalh berupa zat cair todak berwarna, berbau
ke[adatan 1,84g/cm3 (cairan), titik leleh 10°C. Larutan dalam air memiliki titik didih 534-590°C. Penampilan dari asam sulfat yaitu warna kuning keruh,
stabil pada suhu yang tinggi. Asam seperti H2SO4 dengan
molekul yang mampu menyumbangkan lebih dari satu protein disebut asam
poliprotok.
3. HCl
Salah
satu senyawa asam yang sangat penting dalam industri kimia. Asam klorida
memiliki banyak kegunaan, diantaranya adalah sebagai bahan kimia unsur
meregenerasikan kation resin, menetralisasikan air limbah per pH tinggi.
Pembuatan bahan kimia organik (seperti PUC) dan pembuatan bahan kimia
anorganik. HCl sangat korosif. Uap HCl bisa menyebabkan iritasi saluran
pernapasan. Kontak fisik dengan asam yang satu ini harus dihindari karena akan
menyebabkan iritasi hebat.
4. Asam Asetat (CH3COOH).
Asam
asetat termasuk ke dalam golongan asam karboksilat dengan rumus molekul (CH3COOH)
yang berwujud cairan kental jernih atau padatan mengkilap dengan bau tajam khas
cuka. Titik leburnya 16,7°C dan titik didihnya 118,5°C. Senyawa murninya dinamakan asam etanoat glasial. Dibuat
dengan mengoksidasi etanol atau dengan mengoksidasi butana dengan bantuan
mangan(II) atau kobalt (II). Etanol larut pada suhu 200°C. Asam asetat digunakan dalam pembuatan anhidrida etanoat.
Senyawa ini juga dapat dibuat dari fermentasi alkohol, dijumpai dalam cuka
makan yang dibuat dari hasil fermentasi bir, anggur atau air kelapa. Beberapa
cuka makan ibuat dengan menambahkan zat warna.
5. HNO3
Bentuk : Cair(30°C, 1 atm)
Berat
molekul : 63, 0129g/mol
Titik
lebur : -41, 59°C
Titik
didih : 83°C
Suhu
kritis : 246, 85°C
Tekana
kritis : 68,90 bar
Asam
nitrat adalah asam monobasa yang kuat, mudah bereaksi dengan alkali. Asam nitrat
merupakan senyawa yang berperan dalam proses nitrasi sebagai nitrat agen.
6. NH4OH.
Bentuk : cair
Bau : tidak sedap
Titik
lebur : -18°C
Titik
didih : -33,5°C
Tidak
dapat diisolasi, tidak stabil, merupakan larutan basa, mudah larut dalam air.
7. KI
Bentuk : kristal
Penampilan : tak berwarna atau putih
pH : 7-9
Titik
didih : 1330°C
Kelarutan : larut dalam air
Mr : 166,0028
8. K2Cr2O4
Bentuk : cairan
Warna : kuning
pH : 7
Kelarutan : larut dalam air
9. K4Fe(CN)6
Kalium
ferocianida dengan prossiate kalium kuning merupakan senyawa koordinasi dengan
rumus K4Fe(CN)6. 3H2O yang
membentuk kristal mokoklinik kensur kering pada suhu.
Massa
molar : 368, 35 g/mol (anhidrat)
422, 388 g/mol (hidrat)
Penampilan : kuning padatan
kristal.
Densitas : 1,85 g/cm3
(inhidrat).
Titik
lebur : 69-71°C
Titik
leleh : 400°C
Kelarutan dalam air : 228, 9 g/100ml (20°C)
10. C2H2O4
Nama IUPAC : Asam oksalat
Massa molar : 90, 03 g/mol
Penampilan : kristal putih
Densitas : 1,90 g/cm3
III.
ALAT DAN BAHAN
ALAT :
· Tabung reaksi
· Gelas Beaker 250 ml
· Lampu spritus
· Rak tabung reaksi
· Kaca arloji
· Botol reagen
· Botol semprot
· Sendok Porselen
· Gelas ukur 50ml
· Labu ukur 500ml
· Pipet tetes
· Pipet gondok 50ml
BAHAN :
· HCl pekat
· HCL 10M
· HCl 6M
· HCl 2M
· K2Cr2O4 1M
· NH4OH 2M
· NHOH 16M
· NH4Cl 6M
· H2SO4 2M
· H2S gas
· NaOH
· H2O2 3M
· KI 2M
· HNO3 6M
· KCNS 2M
· (NH4)2 S 2M
· Dimetil glioksim
· Etanol
· Aquades
IV.
CARA KERJA
1.1 Identifikasi Untuk Ion Natrium (NA+), Kalium (K+),
dan Magnesium (Mg2+).
Ditambahkan 1 tetes amonium oksalat 0,4M dan ammonium sulfat
1M ke dalam larutan sampel, lalu kocok (larutan a).
Mg2+, diambil 10 tetes larutan (a) ditambah NH4OH
4 ml (dibasakan) lalu ditambahkan 2 tetes Na2HPO4 1M,
lalu dikocok dan diamati.
K+, diambil 5 ml larutan (a) ditambah 5 tetes CH3COOH 4 M lalu
dipanaskan, setelah dingin ditambahkan 2 tetes Na3 [CO(NO2)6]
lalu dokocok.
Uji Nyala
Diamati warna nyala.
1.2. Identifikasi untuk ion hidronium.
Diamati perubahan ynag terjadi.
Diamati
1.3. Identifikasi Untuk Ion NH4+
a)
Ditambahkan ke tabung reaksi
larutan yang mengandung ion NH4+
Dipanaskan tabung dan diamati perubahan warna.
b)
Dimasukkan zat yang mengandung NH4+
ke dalam tabung reaksi.
Diamati perubahan yang terjadi.
1.4. Identifikasi Untuk ion perak (Ag+), timbal(Pb2+),
merkuri(Hg2+) dan merkuro (Hg+).
a)
Disediakan 3
tabung reaksi
Tabung
reaksi dua diisi ion timbal
Tabung
reaksi tiga diisi ion merkuro
Ditambahkan
HCl encer ke mulut tabung.
Diamati
perubahan warna.
Masing-masing
tabung dipanaskan dan diamati perubahan warna.
Ditambahkan
ke dalamnya NH4OH 4M berlebih.
Diamati
dan ditambahkan HNO3 4 M
b). Disediakan 3 tabung reaksi
Ditambahkan KI berlebih dan
diamati.
Ditambahkan K2CrO4 1M ke setiap tabung
dan diamati
Ditambahkan NaOH 4M ke setiap tabung dan diamati.
1.5.Identifikasi Untuk Ion Merkuro(Hg+) dan Merkuri
(Hg2+).
a)
Disediakan
2 tabung reaksi
Tabung
reaksi dua diisi merkuri.
Diamati
b).
Disediakan 2 tabung reaksi, diisi seperti percobaan (a).
Ditambahkan
HCl encer ke tiap tabung dan diamati.
c). Disediakan 2 tabung
reaksi diisi seperti percobaan (a).
Ditambahkan KI sedikit ke tiap
tabung.
Diamati
dan diamkan.
Diamati.
1.6. Identifikasi ion Barium (Ba2+), Kalsium (Ca2+)
dan Stronsium (Sr2+).
Dilakukan uji nyala.
1.7.Identifikasi ion tembaga (Cu2+) dan Kadmium (Cd2+).
Endapan merah muda menandakan ion tembaga dan endapan putih
menandakan ion kadmium.
|
Tabung
1
Ditambahkan
NaOH
Dipanaskan
Diamati
perubahan yang terjadi
|
|
Tabung
2
Ditambahkan
amonia berlebih
Diamati
|
|
Tabung
3
Ditambahkan
kalium ferosianida.
Diamati
|
|
Tabung4
Dimasukkan
paku besi berkarat.
|
1.8. Identifikasi Untuk ion Cobalt (CO2+).
Dikocok dan warna biru
menunjukkan ion kobalt.
|
Tabung
1
Ditambahkan
NaOH 1M
Diamati
perubahan
Didiamkan
dan diamati
|
|
Tabung
2
Ditambahkan
1ml amil alkohol dan NH4CNS
Diamati
perubahan yang terjadi
|
|
Tabung
3
Ditambahkan
amonia
Diamati
perubahan yang terjadi
|
1.9. Identifikasi Untuk
Ion Nikel (Ni2+).
Endapan merah menunjukkan adanya ion nikel
1.10.Identifikasi
Untuk Ion Aluminium (Al3+) dengan seng (Zn2+)
Disediakan
dua tabung reaksi
|
Larutan
Al
|
|
Larutan
Seng
|
Ditambahkan larutan K4Fe(CN)6 dan
diamati
1.11.Identifikasi ion fero (Fe2+) dab Feri (Fe3+).
a). Disediakan
dua buah tabung reaksi
|
Ditambahkan
ion feri
|
|
Ditambahkan
ion fero
|
Ditambahkan K4Fe(CN)6 dan diamati
|
Ditambahkan
ion fero
|
|
Ditambahkan
ion feri
|
Diamati perubahan yang terjadi
|
Ditambahkan
ion fero
|
|
Ditambahkan
ion feri
|
Diamati perubahan yang terjadi
· Identifikasi Untuk ion Fero.
Ditambahkan larutan O-fenantrolin dan diamati
· Identifikasi Untuk ion Feri.
Ditambahkan larutan 1-2ml eter atau amil alkohol
· Identifikasi Untuk Ion Arsen (As3+) dengan cara
Gutzent
Ditambahkan 5 tetes HCl
pekat dan logam Zn
Diamati warna kertas
1.12. Identifikasi Untuk
ion Arsen (As3+) dengan cara
Gutzeit.
Ditutup mulut tabung dengan
kertas yang dibasahi larutan HgCl2 atau AgNO3
V.
LEMBAR PENGAMATAN
1.1. Identifikasi Untuk Ion Natrium (Na+), Kalium (K+)
dan Magnesium (Mg2+).
|
No
|
Zat
|
Warna Yang Dapat Diamati
|
|
1
|
Na+
|
Kuning
|
|
2
|
K+
|
Ungu
|
|
3
|
Ca2+
|
Merah
|
|
4
|
Sr2+
|
Kemerah-merahan
|
|
5
|
Ba2+
|
Hijau
|
|
6
|
Pb2+
|
Biru
|
|
7
|
As3+
|
Tidak dicobakan
|
1.2. Identifikasi Untuk Ion Hidronium (H3O+).
|
No
|
Ion
|
Perubahan
|
|
1
|
H+ + logam Zn
|
Mendidih, berbau, panas
|
|
2
|
H+ + lakmus biru
|
Lakmus jadi merah
|
|
3
|
H+ + lakmus merah
|
Lakmus tetap merah
|
Reaksi
:
a.
Zn + H2SO4 ZnSO4
+ H2
b. Kertas lakmus biru menjadi berwarna merah karena ada H+.
1.3. Identifikasi untuk ion NH4+
|
No
|
Ion
|
Perubahan yang terjadi
|
|
1
|
NH4+ + Bakar
|
Lakmus merah menjadi biru
|
|
2
|
NH4+ + Nessler
|
Terdapat endapan berwarna coklat pudar
|
Reaksi
:
a.
NH4+ + OH- NH3 +
H2O
b.
NH4+ + 2[HgI4]2- +
4OH HgO.Hg(NH2)I
+ 7I- + 3H2O
1.4. Identifikasi untuk ion perak (Ag+), timbal (Pb2+),
merkuri (Hg22+) dan merkuro (Hg).
Pengamatan
prosedur a :
|
No
|
Ion
|
HCl 6M
|
Dipanaskan
|
NH4OH 4M
|
HNO3 4M
|
|
1
|
Ag+
|
Endapan putih
|
Terjadi gelembung, endapan hilang
|
Ada endapan
|
Bening, endapan kurang
|
|
2
|
Pb2+
|
Bening
|
Tidak terjadi perubahan
|
Terdapat endapan, larutan bening
|
Endapan menggumpal dan hilang
|
|
3
|
Hg22+
|
Agak keruh
|
Bening, jernih
|
Ada endapan, larutan putih
|
Masih ada endapan, larutan lebih jenuh
|
Reaksi
:
1.
a. AgNO3 + HCl AgCl + HNO3
Putih
Putih
Putih
2.
a. Pb(NO3)2
+HCl PbCl2 + HNO3
Putih
Putih
Putih
3.
a.Hg(NO3)2 HgCl2 +
HNO3
1.5.Identifikasi ion Merkuro (Hg+) dan Merkuri (Hg2+).
1. Pengamatan Prosedur a dan b
|
No
|
Ion
|
Ditambah NaOH 4 M
|
Ditambah HCl 4M
|
|
1
|
Hg+
|
Endapan kuning
|
Bening, tidak ada perubahan
|
|
2
|
Hg22+
|
Orange tidak ada endapan
|
Bening, tidak ada perubahan
|
Reaksi :
1.
HgNO3 + NaOH HgOH + NaNO3
2.
Hg (NO3)2 +
NaOH Hg(OH)2
+ NaNO3
2. Pengamatan Prosedur c.
|
No
|
Perlakuan
|
Pengamatan
|
|
1
|
Sampel + HCl
|
Keruh
|
|
2
|
+ asam asetat
|
Gelembung sedikit
|
|
3
|
+ K2CrO4
|
Kuning
|
|
4
|
+ H2SO4
|
Orange + endapan putih
|
1.6.Identifikasi Ion Barium (Ba2+), Kalsium (Ca2+),
dan Stronsium (Sr2+).
|
No
|
Perlakuan
|
Pengamatan
|
|
1
|
Sampel + HCl
|
Keruh
|
|
2
|
+ asam asetat
|
Gelembung sedikit
|
|
3
|
+ K2CrO4
|
Kuning
|
|
4
|
+ H2SO4
|
Orange + endapan putih
|
1.7.Identifikasi Untuk Ion tembaga (Cu2+) dan Cd2+
1. Identifikasi untuk ion tembaga (Cd2+).
|
No
|
Perlakuan
|
Pengamatan
|
|
1
|
Cd2+
|
Larutan bening
|
|
2
|
+ Asam asetat
|
Larutan bening
|
|
3
|
+ K4Fe(CN)6
|
Larutan bening
|
2. Identifikasi untuk ion tembaga.
|
No
|
Ion
|
Perlakuan
|
Pengamatan
|
|
1
|
Cu2+
|
+ NaOH
|
Lebih biru, endapan hitam
|
|
2
|
Cu2+
|
+ amonia berlebih
|
Warna biru donker
|
|
3
|
Cu2+
|
+ K4Fe(CN)6
|
Endapan merah
|
|
4
|
Cu2+
|
Paku besi
|
Merah muda
|
2Cu2+ + SO42-
1.8. Identifikasi ion Cobalt.
|
No
|
Ion
|
Perlakuan
|
Pengamatan
|
|
1
|
Co2+
|
+ NaOH
|
Dari pink berubah jadi biru,endapan
|
|
2
|
Co2+
|
+NH3
|
Endapan biru, larutan hijau
|
|
3
|
Co2+
|
+ amil alkohol
|
Pink
|
|
4
|
Co2+
|
+ NH4CNS
|
Larutan berpisah, atas benimg bawah pink
|
1.9. Identifikasi ion Nikel (Ni2+)
|
No
|
Ion
|
Perlakuan
|
Pengamatan
|
|
1
|
Ni2+
|
Dibasakan dengan NH4OH
|
Biru
|
|
2
|
Ni2+
|
DMG
|
Endapan merah
|
1.10.
Identifikasi
ion aluminium (Al3+) dan Seng (Zn2+)
|
No
|
Ion
|
Perlakuan
|
Pengamatan
|
|
1
|
Al3+
|
+ NaOH, berlebih
|
Bening
|
|
|
|
+ Alizarin S + CH3COOH
|
Ungu panas, endapan
|
|
|
|
+NaOH berlebih
|
bening
|
|
2
|
Zn
|
+ NaOH berlebih
|
Bening
|
|
|
|
+ Alizarin S, CH3COOH
|
Ungu, orange, tidak ada endapan
|
|
|
|
+ K4Fe(CN)6
|
Endapan orange
|
1.11.
Identifikasi
ion fero (Fe2+) dan Feri (Fe3+)
|
No
|
Ion
|
Perlakuan
|
Pengamatan
|
|
1
|
Fe2+
|
K4Fe(CN)6
|
Larutan hijau pekat, endapan hitam
|
|
2
|
Fe2+
|
K3Fe(CN)6
|
Larutan hijau pudar
|
|
3
|
Fe2+
|
NH3 encer
|
Bening kekuningan
|
|
4
|
Fe3+
|
K4Fe(CN)6
|
Larutan kuning kehijauan
|
|
5
|
Fe3+
|
K3Fe(CN)6
|
Larutan kuning kehijauan
|
|
6
|
Fe3+
|
NH3 encer
|
Larutan bening
|
Identifikasi ion fero
|
No
|
Ion
|
Perlakuan
|
Pengamatan
|
|
1
|
Fe2+
|
H2SO4
|
Warna
bening
|
Identifikasi ion feri
|
No
|
Ion
|
Perlakuan
|
Pengamatan
|
|
1
|
FeCl3
|
NH4CNS
+isoamil alkohol
|
Warna
coklat emas
|
1.12.
Identifikasi
Ion Arsen (As3+) dengan cara Gutzeit.
|
No
|
Ion
|
Perlakuan
|
Pengamatan
|
|
1
|
As3+
|
+ HCl pekat
|
Bening
|
|
2
|
As3+
|
+ Zn
|
Panas, berasap, berbau
|
|
3
|
As3+
|
+ kapas Pb asetat
|
Bening
|
|
4
|
As3+
|
Kertas + HgCl2
|
Mula-mula Hg bening, lalu setelah diteteskan kuning,
lama-lama hitam.
|
VI.
PEMBAHASAN
Dari tes nyala
yang dilakukan untuk beberapa logam yang dilakukan dengan cara membersihkan
terlebih dahulu kawat Ni-Cr dengan mencelupkannya ke dalam HCl pekat kemudian
dipanaskan hingga tidak terdepat warna setelah itu dibakar sampai pada nyala api
oksidasi.
Untuk uji nyala Natrium menghasilkan warna nyala kuning.
Untuk uji nyla Kalium menghasilkan warna nyala ungu. Untuk uji nyala Ca2+
menghasilkan warna nyala merah. Untuk Sr2+ menghasilkan warna nyala
kemerahan. Untuk uji nyala Ba2+ menghasilkan warna nyala hijau.
Untuk uji nyala Pb2+ menghasilkan warna nyala biru.
1.1. Pada percobaan identifikasi untuk ion Hidronium (H3O+),
saat H+ ditambahkan pada logam Zn yang sebelumnya bening, setelah
ditambahkan Zn langsung timbul gelembung-gelembung (mendidih), berbau, dan pada
dinding tabung reaksi terasa panas. Setelah dibiarkan sampai beberapa saat,
gelembung semakin berkurang dan logam Zn mengecil.
Saat dicelupkan lakmus berwarna biru ke dalamnya, kertas
lakmus biru berubah warna menjadi merah, hal ini disebabkan karena larutan
memiliki ion H+ (bersifat asam), ini juga terbukti saat dicelupkan kertas
lakmus merah ke dalam larutan, maka lakmus tidak berubah warna, tetap berwarna
merah.
1.2. Pada percobaan untuk identifikasi ion NH4+, ion
NH4+ diambil dari larutan NH4OH lalu dicampur ke dalamnya larutan
NaOH 4M. Saat kertas lakmus merah diletakkan di mulut tabung, lakmus merah
tersebut berubah warna menjadi biru. Ini menunjukkan larutan tersebut bersifat
basa.
Kemudian kedalam larutan yang mengandung ion NH4+
ditambahkan beberapa tetes Nessler, terjadi perubahan warna menjadi coklat
pudar dan terbentuk endapan. Hal ini sesuai dengan teori bahwa akan dihasilkan
endapan coklat sesuai dengan jumlah amonia atau ion amonium yang terdapat di
dalam larutan.
1.3.Pada percobaan identifikasi Ag+, Pb2+,
Hg22+, dan Hg+
Pada ion Ag+, diambil dari larutan AgNO3 lalu dilarutkan
dengan HCl 6M. Terdapat endapan putih, setelah dipansakan warna menjadi lebih
keruh dan endapannya hilang dan saat ditambahkan NH4OH 4M maka kembali
terbentuk endapan. Lalu saat ditambahkan HNO3 larutan menjadi bening dan
endapan berkurang.
Saat ditambahkan larutan amoniak, reaksinya :
Pada percobaan Pb2+ saat ditambahkan HCl 6M
warnanya menjadi bening, ini tidak sesuai dengan teori yang seharusnya larutan
berwarna putih dan terdapat endapan PbCl2.
Ketika dipanaskan warna larutan tetap dan tidak ada endapan
saat ditambahkan larutan NH4OH 4M, terdapat endapan dan warna
larutan tetap bening dan saat ditambahkan HNO3 4M endapan menggumpal
dan lama kelamaan hilang. Pada Hg22+ saat ditambah HCl 6M
warnanya menjadi agak keruh. Saat dipanaskan warnanya menjadi bening jernih.
Saat ditambahkan NH4OH 6M terdapat endapan dengan larutan putih.
Saat ditambahkan HNO3 larutan menjadi lebih jernih dan endapannya
masih tetap ada.
Pada pengamatan b, saat ion Ag+ ditambahkan
dengan KI 1M(3tetes) terdapat endapan dan warnamenjadi kuning kehijauan. Saat
ditambahkan KI berlebih, larutan menjadi lebih kental dan endapan menjadi lebih
banyak dan warnanya menjadi hijau pudar. Hal ini sama juga terjadi pada saat
pengujian ion Pb2+. Saat pengujian ion Hg2+ saat
ditambahkan KI (1tetes) warna larutan berubah menjadi orange, saat ditambahkan
2 tetes warnanya berubah menjadi warna minyak. Saat ditambahkan KI berlebih,
larutan tetap berwarna minyak(kuning bening).
Pada pengamatan prosedur c, saat ion Ag+
ditambahkan K2Cr2O4 1M maka terdapat endapan
berwarna merah hati, saat Pb2+ ditambahkan K2Cr2O4
1M endapan berwarna kuning, dan terakhir saat ion Hg2+ ditambah K2CrO4
1M larutan berwarna orange dan terdapat endapan.
Pada pengamatan prosedur d, saat ion Ag+ ditambah
NaOH 2M, terdapat endapan berwarna abu-abu. Saat ion Pb2+ ditambah
NaOH 4M, larutan menjadi bening dan tanpa endapan. Dan terkhir saat ion Hg22+
ditambah NaOH 4M, larutan berwarna coklat dan tidak terdapat endapan.
1.4. Pada percobaan 1.5 identifikasi untuk ion merkuro (Hg+)
dan merkuri(Hg2+). Untuk pengamatan prosedur a dan b, saat ion Hg+
ditambahkan larutan NaOH 4M, larutan menjadi kuning dan terdapat endapan. Saat
ditambahkan HCl 4M tidak terdapat perubahan warna, warnanya tetap bening. Pada
saat ion Hg22+ ditambah NaOH 4M tidak terdapat perubahan
warna, warnanya tetap bening. Pada saat ion Hg22+
ditambah NaOH 4M warnanya menjadi orange dan tidak ada endapan. Saat ditambah
HCl 4M warnanya tetep bening tidak ada perubahan.
Ada perbedaan yang didapat saat praktikum dengan teori saat
Hg22+ ditambahkan NaOH seharusnya warna larutan hitam dan
terdapat endapan Hg2O.
Saat ditambahkan HCl 4M, pada teorinya harusnya warna
larutan berubah menjadi putih dan terdapat endapan Hg2Cl2.
Kesalahan – kesalah yang terjadi karena praktikan kurang
teliti atau reagen yang digunakan tidak baik atau sudah lama.
Pengamatan prosedur c, saat Hg2+ ditambah KI 1M
larutan berwarna orange pekat, saat didiamkan warna tidak berubah dan terdapat
endapan, saat ditambahkan KI berlebih, endapannya berwarna orange pekat. Saat
ion Hg22+ ditambah KI 1M terdapat warna orange pada
lapisan atas larutan saat didiamkan larutan menjadi bening kuning dan saat
ditambah KI berlebih, tidak ada perubahan yang terjadi. Menurut teori, warna
yang terjadi seharusnya hijau, saat didiamkan terbentuk endapan dan saat
ditambahkan KI berlebih terjadi perubahan dari bening menjadi kunng dan
terdapat banyak endapan. Ini terjadi karena kekurang telitian praktikan atau
zat yang digunakan sudah lama sehingga kurang baik.
1.5. Pada percobaan 1.6 Identifikasi ion Ba2+, Ca2+,
dan Sr2+.
Saat Ba2+ (10 tetes) ditambah HCl 6M warnanya
menjadi keruh dan saat dibasakan dengan NH4OH 4M menjadi berasap dan
tambah keruh, saat ditambahkan 2 tetes (NH4)2CO3
1M terbentuk endapan putih. Setelah dipanaskan, lalu didinginkan endapan larut
dan lama kelamaan hilang. Kemudian ditambahkan CH3COOH 4M dan 4
tetes larutan NH4OH 4M dan ditambahkan 1 tetes K2CrO7
1M, saat ditambahkan HCl 6M terdapat sedikit gelembng. Saat ditambahkan 1 tetes
H2SO4 4M warna larutan menjadi orange terdapat endapan
putih. Saat dilakukan uji nyala, praktikan tidak melihat warna nyala dari
barium, yang seharusnya berdasarkan teori bila barium dipanaskan maka akan
memberikan warna hijau kekuningan.
1.6. Selanjutnya percobaan 1.7 identifikasi untuk ion tembaga
(Cu2+) dan Kadmium (Cd2+). Saat diambil 10 tetes ion Cu2+
ditambah K4Fe(CN)6 0,1 M mengalami perubahan warna dan
terbentuk endapan merah dan saat pengujian ion Cd2+ yang awalnya
berwarna bening dan saat ditambahkan asam asetat tetap bening dan saat
ditambahkan K4Fe(CN)6 terdapat endapan putih.
Hal ini sesuai dengan teori bahwa endapan merah muda
menunjukkan adanya ion tembag dan endapan putih menunjukkan adanya ion kadmium.
1.7.Identifikasi ion Cobalt (Co2+).
Pada saat ion Co2+ ditambahkan NaOH terjadi
perubahan warna dari pink menjadi biru. Setelah didiamkan, terdapat endapan
biru dan larutannya bening.
Saat ion Co2+ ditambahkan NH3 terbentu
endapan biru dan larutan berwarna hijau. Dan yang terakhir saat ion Co2+
ditambah amil menjadi pink dan saat ion Co2+ ditambahkan NH4CNS
larutan berpisah diatas bening dan di bawah pink.
1.8. Percobaan identifikasi ion Nikel (Ni2+)
Saat Ni2+ dibasakan dengan NH4OH 4M larutan berwarna
biru dan selanjutnya praktikan memberikan perlakuan pada ion Ni2+
dengan menambahkan DMG hasil yang diamati saat pemberian DMG terdapat endapan
yang berwarna merah.
1.9.Untuk ion Aluminium (Al3+) dan seng (Zn2+)
Saat ion Al3+
ditambah NaOH larutan berwarna bening dan saat ditambahkan NaOH berlebih
larutan tetap berwarna bening. Saat ditambahkan alizarin larutan berubah warna
menjadi ungu. Saat diasamkan dengan asam asetat larutan berubahwarna dan terasa
panas, terbentuj endapan ungu dan warna larutannya orange.
Menurut teori terjadi
endapan seperti gelatin yang putih namun hal ini tidak praktikan temukan pada
saat percobaan. Lalu saat ion Zn2+ ditambahkan NaOH menjadi bening
saat ditambahkan NaOH berlebih tetap sama. Namun pada saat ditambahkan alizarin
S larutan menjadi berwarna ungu dan saat ditambah asam asetat larutan berwarna
orange, tidak ada endapan. Saat ditambahkan K4Fe(CN)6
terbentuk endapan orange.
1.10. Identifikasi untuk ion fero (Fe2+) dan feri (Fe3+).
Diberikan beberapa
perlakuan saat Fe2+ ditambahkan K4Fe(CN)6
larutan berwarna hijau pekat dan terdapat endapan hitam, saat Fe2+
ditambah K3Fe(CN)6 larutannya berwarna hijau pudar dan
saat ion Fe2+ ditambah NH3 encer, larutan berwarna bening
kekuningan.
Untuk ion Fe3+
saat ditambahkan K4Fe(CN)6 larutan berwarna kuning
kehijauan, saat ditambah dengan K3Fe(CN)6 juga nerwarna
kehijau-hijauan dan terakhir saat ditambahkan NH3 encer larutan menjadi bening.
Identifikasi untuk ion fero, saat Fe2+ ditambah H2SO4
larutan menjadi berwarna bening. Untuk ion feri (Fe3+) diambil dari
larutan FeCl3 ditambah NH4CNS dan isoamil alkoholnlarutan berwarna
coklat emas.
1.11. Identifikasi ion Arsen (As3+), Ion As3+
ditambah HCl pekat berwarna bening, saat ditambah Zn timbul asap, panas dan
berabau. Lali saat ditutupi dengan kapas yang dibasahi Pb asetat larutan masi
sama, saat ditutup dengan kertas yang di atasnya ditetesi larutan HgCl2,
warna Hg yang semula bening, saat pertama ditetesi menjadi kuning dan setelah
dibiarkan lama kelamaan Hg berubah warna menjadi hitam.
VII.
KESIMPULAN
1. Untuk ion- ion tertentu, dapat dilakukan uji nyala untuk
mengidentifikasinya, seperti :
· Na : Kuning
· K : Ungu
· Ca : Merah
· Sr : Crimson
· Ba : Light
Green
· Pb : Pale
bluish
· Co : hijau
atau biru
2. Untuk mengidentifikasi unsur logam dilakukan tes nyala
dengan menggunakan kawat Ni-Cr bunsen untuk memijarkan kawat yang menghasilakn
spektrum warna – warna yang khas dan berbeda.
3. Analisis kualitatif dilakukan dengan tujuan untuk
mengklasifikasikan kation-kation ke dalam lima golongan berdasarkan
sifat-sifatnya terhadap reagensia tertentu.
4. Ag+, Hg2+, dan Pb2+
termasuk kation golongan pertama karena mengendap saat ditambahkan reagensia
asam klorida.
DAFTAR PUSTAKA
G,
Svehla. 1979. Analisis Anorganik
Kualitatif Makro dan Semimakro. Jakarta : PT. Kalma Media Pustaka.
Syukri,
S. 1999. Kimia Dasar. Bandung : ITB
Tim
Kimia Analitik. 2012. Penuntun Praktikum
Kimia Analitik I. Padang : FMIPA UNP.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan