LAPORAN EKSTRAKSI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
Percobaan
©
Memisahkan logam Ni dari campuran dengan ekstraksi pelarut
©
Menentukan kadar Ni dalam sampel
1.2 Prinsip
Percobaan
Sejumlah kecil Ni dipisahkan dari campurannya dengan Cu dengan
teknik ekstralsi pelarut, yaitu mengekstraksi Ni dalam bentuk
nikel-dimetilglioksim atau Ni(DMG)2 dari air ke dalam
khloroform. Penentuan kadar nikel dilakukan dengan metode spektrofotometri, dimana
diketahui bahwa kompleks berwarna Ni(DMG)2 dalam khloroform
mengikuti hukum Lambert-Beer dalam range konsentrasi yang lebar.
1.3 Teori
Dasar
Ektraksi pelarut adalah
suatu metode pemisahan berdasarkan transfer suatu zat terlarut dari suatu
pelarut kedalam pelarut lain yang tidak saling bercampur. Menurut Nerst, zat
terlarut akan terdistribusi pada kedua solven sehingga perbandingan konsentrasi
pada kedua solven tersebut tetap untuk tekanan dan suhu yang tetap (Christian,
1986).
Ekstraksi pelarut terutama
digunakan, bila pemisahan campuran dengan cara destilasi tidak mungkin
dilakukan (misalnya karena pembentukan aseotrop atau karena kepekaannya
terhadap panas) atau tidak ekonomis. Seperti ekstraksi padat-cair, ekstraksi
cair-cair selalu terdiri atas sedikitnya dua tahap, yaltu pencampuran secara
intensif bahan ekstraksi dengan pelarut, dan pemisahan kedua fasa cair itu
sesempurna mungkin.
Ekstraksi cair-cair
dengan pengkelat logam adalah salah satu aplikasi utama ekstraksi cair-cair
yaitu ekstraksi selektif ionlogam menggunakan agen pengkelat. Sayangnya
beberapa agen pengkelat memiliki keterbatasan kelarutan dalam air atau subyek
untuk hidrolisis atau oksidasi udara dalam larutan aqueous. Karena alasan ini
agen pengkelat ditambahkan ke pelarut organic sebagai ganti fasa aqueous. Agen
pengkelat diekstrak ke fasa aqueous yang reaksinya membentuk kompleks
logam-ligan yang stabil dengan ion logam. Kompleks logam-ligan kemudian
terekstrak ke fasa organik. Efisiensi ekstraksi ion logam bergantung pada pH.
Pada umumnya ion-ion
logam tidak larut dalam pelarut organik non polar. Ion logam harus diubah
menjadi bentuk molekul yang tidak bermuatan dengan pembentukan kompleks agar
ion logam tersebut dapat terekstrak ke dalam pelarut organik non polar. Senyawa
kompleks adalah suatu senyawa dimana ion logam bersenyawa dengan ion atau
molekul netral yang mempunyai sepasang atau lebih elektron bebas yang
berikatan secara kovalen koordinasi (Moersid, 1989)
Ion logam dalam senyawa
kompleks disebut ion pusat, sedangkan ion atau molekul netral yang mempunyai
pasangan elektron bebas disebut ligan. Kompleks kelat atau sepit adalah
kompleks yang terbentuk apabila ion pusat bersenyawa dengan ligan yang
mempunyai dua atau lebih gugus. Banyaknya ikatan kovalen koordinasi yang terjadi
antara ligan dengan ion pusat disebut bilangan koordinasi. Pembentukan kompleks
oleh ligan bergantung pada kecenderungan untuk mengisi orbital kosong dalam
usaha mencapai konfigurasi elektron yang lebih stabil. Untuk memudahkan
ekstraksi maka ion logam yang bermuatan harus dinetralkan oleh ion atau molekul
netral menjadi kompleks tidak bermuatan (Khopkar, 1984).
Kompleks kelat merupakan
asam lemah (HL) yang terionisasi dalam air dan terdistribusi dalam fase organik
dan fase air, serta dengan ion logam dapat membentuk ion kompleks yang netral
dan mudah larut dalam fase organik (Day dan Underwood, 1989). Sesuai dengan
reaksi:
Salah satu keuntungan
menggunakan agen pengkelat adalah derajat selektifitas tinggi. Efisiensi
ekstraksi untuk kation divalent meningkat dari 0-100% disekitar 2 unit pH.
lagipula konstanta pembentukan kompleks logam-ligan bervariasi diantara ion
logam. Akibatnya, perbedaan signifikan muncul dalam range pH dimana ion logam
yang berbeda menaikkan efisiensi ekstraksi dari 0-100%.
Penentuan kadar nikel dilakukan dengan metode spektrofotometri,
dimana diketahui kompleks berwarna Ni(DMG)2dalam khloroform
mengikuti hukum Lambert-Beer dalam range konsentrasi yang lebar. Sebagaimana
diketahui warna adalah salah satu kriteria untuk mengidentifikasi suatu objek.
Pada analisis spektrokimia spektrum radiasi elektromagnetik digunakan untuk
menganalisis spesies kimia dan menelaah interaksinya dengan radiasi
elektromagnetik.
Spektrofotometri
didefinisikan suatu metoda analisis kimia berdasarkan pengukuran seberapa
banyak energi radiasi diabsorpsi oleh suatu zat sebagai fungsi panjang
gelombang. Agar lebih mudah memahami proses absorpsi tersebut dapat ditunjukkan
dari suatu larutan berwarna. Misalnya larutan tembaga sulfat yang nampak
berwarna biru. Sebenarnya larutan ini mengabsorpsi radiasi warna kuning dari
cahaya putih dan meneruskan radiasi biru yang tampak oleh mata kita.
Proses absorpsi ini
kemudian dapat dijelaskan bahwa suatu molekul/atom yang mengabsorpsi radiasi
akan memanfaatkan energi radiasi tersebut untuk mengadakan eksitasi elektron.
Eksitasi ini hanya akan terjadi bila energi radiasi yang diperlukan sesuai
dengan perbedaan tingkat energi dari keadaan dasar ke keadaan tereksitasi dan
sifatnya karakteristik.
Komponen-komponen yang
mengabsorpsi dalam spektrofotometri UV-Vis dapat berupa absorpsi oleh
senyawa-senyawa organik maupun anorganik. Senyawa-senyawa organik yang
mengandung ikatan rangkap 2/ rangkap 3 akan menghasilkan puncak-puncak absorpsi
yang penting terutama dalam daerah UV. Gugus-gugus fungsional organik tidak
jenuh yang mengabsorpsi sinar tampak dan UV ini dinamakan kromofor/sering
dikenal dengan pembawa warna. Contoh kromofor, -NH2, -C=C-, C=O, -CHO, -NO2,
-N=N- dan lain-lain. Sedangkan absorpsi oleh senyawa-senyawa anorganik, spektra
dari hampir semua ion-ion kompleks dan molekul-molekul anorganik menghasilkan
puncak absorpsi agak melebar. Untuk ion-ion logam transisi, pelebaran puncak
disebabkan oleh faktor-faktor lingkungan kimianya. Suatu contoh larutan Cu (II)
encer berwarna biru muda, tetapi warna akan berubah menjadi biru tua dengan
adanya amonia. Bila unsur-unsur logam membentuk kompleks, maka faktor ligan
sangat menentukan. Sebagian radiasi yang terabsorpsi oleh suatu larutan
analit yang mengabsorpsi ternyata terdapat hubungan kuantitatif dengan
konsentrasinya. Jumlah radiasi yang terabsorpsi oleh sampel dinyatakan dalam
hukum Lambert-Beer dan dijadikan dasar pada analisis kuantitatif
spektrofotometri dan dinyatakan dengan rumus:
Keterangan:
A = absorbansi/ radiasi
yang terabsorpsi
a = konstanta
absortivitas (L/ g.cm)
c = konsentrasi sampel
(g/ L)
C = konsentrasi sampel
(mol/ L)
ε = koefisien ekstingsi
molar (mol dm cm )
b = tebal larutan/ lebar
kuvet (cm)
Karena harga ε tetap
untuk zat yang sama (pada panjang gelombang sama) dan b tetap, maka hubungan
antara A dan c adalah linier.
Gambar Skema Spektrofotometer UV/VIS
BAB II
ALAT DAN BAHAN
|
Alat
|
Bahan
|
|
Erlenmeyr 100 mL 13 buah
|
NiSO4.6H2O 0,22 gram
|
|
Labu ukur 100 mL 1 buah
|
HNO3 6 M 15 mL
|
|
Pipet seukuran 10 mL 5 buah
|
NaOH 2,5 M
|
|
Gelas kimia 100 mL 1 buah
|
Asam asetat 6 M
|
|
Gelas ukur 5 mL 3 buah
|
Na-asetat
|
|
Corong
|
Na-Tartat
|
|
Pipet tetes
|
Na-tiosulfat
|
|
Alumunium foil
|
Hidroksilamin hidroklorida
|
|
Kertas timbang
|
Dimetilglioksim
|
|
Kertas saring
|
Khloroform
|
|
Magnetic stirer
|
Aquades
|
|
Neraca digital
|
Sampel air kran Padalarang
|
|
Spektrofotometer visible
|
Sampel air sungai Panyileukan
|
|
Kuvet
|
Sampel air selokan Cilengkrang
|
|
Botol semprot
|
BAB III
PROSEDUR KERJA
3.1 Pembuatan
larutan standar utama
1.
Ditimbang sejumlah 0,22
gram garam NiSO4.6H2O ke dalam gelas kimia
100 mL.
2.
Ditambahkan 7,5 mL HNO3 6 M kedalam gelas kimia
tersebut dan dipanaskan diatas hotplate hingga seluruh garam nikel terlarut.
3.
Dinetralkan dengan NaOH
2,5 M hingga terbentuk endapan nikel hidroksida pertama kali.
4.
Ditambahkan asam asetat
6 M tetes demi tetes hingga seluruh endapan larut.
5.
Larutkan dan tanda
bataskan dalam labu ukur 50 mL dengan aquades.
3.2 Pembuatan
larutan buffer
1.
Diencerkan 8,7 mL asam
asetat 6 M menjadi 100 mL.
2.
Ditambahkan 10 mL
larutan asam asetat yang telah diencerkan ke dalam 40 mL aquades yang
mengandung 15 gram natrium asetat.
3.3 Ekstraksi
1.
Disiapkan 13 buah
erlenmeyer. Dimasukkan masing-masing 0,1; 0,2; 0,3; 0,4; 0,5; 1,0; 2,0; 3,0 dan
3,5 mL larutan standar Ni2+ 100 ppm dengan menggunakan buret.
2.
Ditambahkan 10 mL
aquades kepada setiap erlenmeyer yang telah diisi larutan standar.
3.
Dimasukkan masing-masing
10 mL larutan sampel ke dalam erlenmeyer sebanyak 3 buah dengan sampel yang
berbeda.
4.
Kedalam 12 erlenmeyer
yang telah berisi masing masing larutan dan 1 buah erlenmeyer kosong sebagai
blanko, ditambahkan masing-masing 0,5 gram natrium tartat, 5,0 mL buffer,
2,5 gram natrium tiosufat, 1,0 mL hidroksilamin hidroklorida 10% dalam air dan
2,0 mL dimetilglioksim 1% dalam etanol. Tabung dikocok setelah penambahan
reagent.
5.
Ditambahkan 10 mL
khloroform kedalam setiap erlenmeyer, kemudian dilakukan pengocokkan selama 3
menit untuk setiap erlenmeyer. Campuran dibiarkan hingga kedua fasa terpisah
sempurna.
6.
Lapisan khloroform yang
berada dibagian bawah dipipet dan disaring sebanyak 5-6 mL. Untuk mengurangi
penguapan, ditambahkan ± 5 mm aquades ke dalamnya.
3.4 Pengukuran
dengan spektrofotometer
1.
Setiap larutan (standar
dan sampel) yang diperoleh dari hasil ekstraksi diukur absorbansinya pada
panjang gelombang 420 nm, yang sebelumnya telah di-nol-kan dengan blanko.
2.
Dibuat kurva kalibrasi
dari absorbansi larutan standar dan ditentukan konsentrasi sampel dengan
perhitungan berdasarkan kurva yang diperoleh.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN
PERHITUNGAN
4.1 Hasil Pengamatan
© Tabel Absorbansi Larutan Standar Ni2+
|
V Larutan Standar (mL)
|
Absorbansi (nm)
|
Konsentrasi (ppm)
|
|
0.1
|
0.096
|
0.99
|
|
0.2
|
0.102
|
1.96
|
|
0.3
|
0.127
|
2.91
|
|
0.4
|
0.138
|
3.85
|
|
0.5
|
0.158
|
4.76
|
|
1.0
|
0.201
|
9.09
|
|
2.0
|
0.381
|
16.67
|
|
3.0
|
0.456
|
23.08
|
|
3.5
|
0.580
|
25.98
|
© Tabel Absorbansi Larutan Sampel
|
Sampel
|
Absorbansi (nm)
|
Konsentrasi (ppm)
|
|
Air
Sungai A
|
0.230
|
9.11
|
|
Air
Selokan B
|
0.250
|
10.22
|
|
Air
Keran C
|
0.165
|
5.5
|
4.2 Perhitungan
© Pembuatan Larutan Standar Ni2+ 100 ppm
Jadi, untuk membuat standar Ni2+ 100 ppm sebanyak 50 mL
dibutuhkan garam NiSO4.6H2O sebanyak 0,22 gram.
© Konsentrasi Larutan Standar pada
berbagai pengenceran
0.1 x 100 = 10.1 x
0.2 x 100 = 10.2 x
0.3 x 100 = 10.3 x
0.4 x 100 = 10.4 x
0.5 x 100 = 10.5 x
1.0 x 100 = 11 x
2.0 x 100 = 12 x
3.0 x 100 = 13 x
3.5 x 100 = 13.5 x
© Dari data diatas didapat Grafik
© Konsentrasi Sample
1.
Sampel Air Sungai A
1.
Sampel Air B
1.
Sampel Air C
BAB V
PEMBAHASAN
Judul Percobaan kali ini adalah Ekstraksi
pelarut dimana yang dimaksud ekstraksi pelarut itu sendiri adalah suatu metode
pemisahan berdasarkan transfer suatu zat terlarut dari suatu pelarut kedalam
pelarut lain yang tidak saling bercampur. Tujuan dari percobaan kali ini adalah
untuk memisahkan logam Ni dari campurannya dengan eksatraksi pelarut dab juga
menentukan kadar Ni dalam sampel dengan metode spektrofotometri.
Ni merupakan ion logam yang tidak dapat larut dalam senyawa nonpolar,
oleh karena itu Ni harus diubah menjadi senyawa non polar dengan cara
membentuknya menjadi senyawa kelat. Agen pengkelat yang digunakan dalam
percobaan ini adalah Dimetilglioksin. Ion logam Ni2+ dijadikan kompleks
terlebih dahulu dengan DMG menjadi senyawa kompleks Ni(DMG)2 agar dapat terekstraksi
ke fasa organik yang akhirnya dapat diukur pada panjang gelombang 420 nm.
Pertama-tama sampel dipipet sebanyak sepuluh mL kemudian
ditambahkan beberapa pereajsi seperti Na-tartat, buffer, Na-tiosulfat, hidroksilamin
hidroklorida, dan terakhir DMG atau dimetilglioksin. Fungsi penambahan
Tiosulfat sebelum ekstraksi untuk membentuk kompleks anionik Cu(S2O3)2- yang tidak terekstrak ke
dalam khloroform. Tartat ditambahkan untuk membentuk kompleks dengan Fe(III)
yang ada dalam campuran. Hidroksilamin hidroklorida ditambahkan untuk mencegah
oksidasi Ni(DMG)2 menjadi kompleks Ni(Y) dengan DMG yang berbeda
spektrum absorbansinya. Buffer pH digunakan untuk membuat suasana larutan
menjadi sedikit asam karena Ni2+ membentuk kompleks
dengan DMG pada suasana sedikit asam atau dapat pula pada suasana tepat basa.
Senyawa kompleks yang terbentuk kedalam fasa organik ini selain
Ni(DMG)2, yaitu senyawa kompleks Cu dan Fe. Akan tetapi
pada panjang gelombang 420 nm, spesifik untuk menyerap cahaya yang ditimbulkan
oleh senyawa kompleks Ni(DMG)2 dan cahaya dari senyawa
kompleks selain itu tidak dapat diserap, oleh karena itu tidak perlu
dikhawatirkan senyawa kompleks yang lain dapat mempengaruhi konsentrasi Ni2+ yang didapatkan.
Pada ekstraksi ini dilakukan penyaringan dengan kertas saring, hal
ini bertujuan agar tidak ada pengotor atau endapan yang dapat mengganggu pada
saat proses pengkuran dengan spektrofotometer. Tentu saja proses penyaringan
ini tidak akan mengurangi konsentrasi Ni2+ dalam larutan tersebut,
karena Ni2+ larut sempurna pada khloroform.
Interferen yang terbawa dalam pembentukan senyawa kompleks ini
seperti Fe dan Cu, dapat dipisahkan dengan cara melakukan ekstraksi kembali (stripping) pada senyawa organik dengan cara menambahkan
larutan buffer pH tertentu untuk mendapatkan senyawa kompleks yang diinginkan.
Contohnya senyawa kompleks Cu dapat dipisahkan dengan campurannya pada pH 1,
apabila ditambahkan larutan pH 1 dan sedikit air aquades maka senyawa kompleks Cu
akan terpisah dan terlarut dalam air.
Pada saat pengukuran
dengan menggunakan spektrofotometer kuvet yang digunakan haruslah kuvet kuarsa
tidak boleh menggunakan kuvet plastik karena pelarut organik khloroform akan
bereaksi dengan silikat pada kuvet plastik yang akan melelehkan kuvet tersebut
dan tentunya akan membuat pemeriksaan menjadi terganggu dan menghasilkan
absorbansi yang tidak sesuai dari seharusnya. Digunakan pula kuvet hitam untuk
memastikan tidak ada cahaya yang terserap pada spektrofotometer yang digunakan,
sedangkan larutan blanko digunakan untuk mengkalibrasi spektrofotometer yang
diseting dengan absorban nol atau nilai transmitan 100% dan meminimalkan
kesalahan sistematik.
BAB VI
KESIMPULAN
Pada sampel air yang ada seluruhnya (+)
mengandung Ni2+. Terbukti dalam percobaan ini, didapat
konsentrasi Ni2+ pada sampel sebagai berikut :
©
Air Sungai A
= 9.11 ppm
©
Air Selokan B
= 10.22 ppm
©
Air Keran C = 5.5 ppm
DAFTAR PUSTAKA
Basset,J.Denney,R.C Jefry,G.H Mendhan,J.Buku Ajar Vogel Kimia
Analisis Kuantitatif Anorganik.Jakarta:Buku kedokteran EGC.
Day RA. Jr dan Al Underwood.1992. Analisis Kimia
Kuantitatif. Edisi Kelima.
Jakarta : Erlangga
Harvey David. 2000. Modern Analytical Chemistry. New York: McGraw-Hill Comp.
Vogel, 1985, Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi
Mikro, Edisi V, diterjemahkan
oleh: Setiono & Pudjaatmaka, PT Kalman Media Pustaka, Jakarta
Tiada ulasan:
Catat Ulasan